Begin typing your search above and press return to search. Press Esc to cancel.

Menghindari Pembobolan Kartu Kredit


Berikut adalah beberapa cara agar terhindar dari kejahatan pembobolan kartu kredit

abcnews.go.com
Seorang yang menggunakan kartu kredit? Mungkin ada beberapa alasan bagi Anda untuk menggunakan kartu kredit. Salah satunya adalah praktis alias ngga ribet. Bayangkan juga jika saat berkunjung ke mall, Anda membawa uang cash senilai jutaan rupiah dan tiba-tiba tas Anda ketinggalan entah di mana. Kartu kredit membuatnya lebih aman! Menurut data AKKI (Asosiasi Kartu Kredit Indonesia) saat ini ada lebih dari 14 juta pemegang kartu kredit di Indonesia. Namun dalam data ini kita masih dapat mengambil kesimpulan lain yaitu, jika ada 14 juta pemegang kartu kredit maka mungkin saja setiap nama memegang lebih dari satu kartu kredit. Berarti jumlah kartu kredit di Indonesia bisa berkali-kali lipat lebih banyak daripada jumlah pemegang. 

Namun tahukah Anda dibalik keamanan dan kepraktisan semu yang ditawarkan kartu kredit ternyata ada bahaya yang lebih besar sedang mengintai. Pencurian kartu kredit, mungkin hanya terdengar 3 kata sederhana, namun masalah ini sebenarnya sangat  kompleks. Menurut data yang dihimpun dari beberapa organisasi, Indonesia merupakan negara dengan peringkat pertama dalam hal kejahatan pencurian data kartu kredit lokal maupun internasional. Pencurian ini juga berarti penggunaan kartu kredit tanpa otorisasi atau seizin pemegang kartu. Lalu bagaimana cara agar terhindar dari kejahatan ini?


Pahami terlebih dahulu sistem kerjanya

Elektronik

Sering berbelanja di toko yang menyediakan pembayaran dengan metode gesek? Anda akan dimintai kartu dan mereka akan menggesekkannya ke Card Reader atau bahkan Anda sendiri yang melakukannya. Setiap kartu kredit memiliki nama pemegang, 16 digit angka dan masa akhir berlaku dalam format BB/TT, kemudian terdapat 3 angka rahasia di sisi belakang atau sering disebut dengan CVV (Card Verification Value). Saat menggesekkan kartu keempat data itu nantinya akan digunakan saat melakukan charge oleh Card Reader via satelit. Terlihat biasa saja, namun keempat bagian tadi sangat penting bukan?  Maka dari itu jangan sesekali memberikan data-data tadi secara lisan atau tulisan atau bahkan langsung memberikan kartu kredit fisik kepada orang lain. Lalu mengapa terlalu sederhana prosesnya? Ternyata kartu kredit tidak menggunakan PIN (Personal Identification Number) seperti halnya kartu debit. Jadi jika kartu kredit hilang atau terjatuh di suatu tempat, sebaiknya segeralah Anda memblokir kartu tersebut sebelum disalahgunakan oleh oknum tak bertanggungjawab.

Online 

Tidak berbeda terlalu jauh dengan penggunaan Elektronik, penggunaan Online juga memiliki  sistem yang sama-sama menggunakan keempat data tadi. Namun untuk beberapa kasus nama dan CVV sama sekali tidak dibutuhkan. Semakin ngeri bukan? Pada umumnya yang dibutuhkan adalah nama pemegang, nomor kartu, dan CVV. Tetapi Visa dan MasterCard juga tidak ingin kehilangan kepercayaan dari konsumen mereka. Bekerja sama dengan Bank, mereka meluncurkan sebuah layanan pengamanan transaksi online yakni Verified by Visa dan MasterCard Secure Code. Cara kerja sistem ini juga beragam, tergantung dari kebijakan masing-masing Bank. Salah satu cara pengamanannya adalah mengirimkan OTP (One Time Password) ke ponsel pemegang kartu saat transaksi sedang berlangsung sekaligus sebagai proses autentikasi. Layanan ini juga tidak diterapkan oleh banyak website online, jadi kita harus tetap waspada terlebih jika kartu Anda belum terdaftar di layanan ini.

Lebih teliti saat bertransaksi online

Jika Anda adalah seorang yang gemar berbelanja online, tentunya Anda memerlukan kewaspadaan lebih :

1. Perhatikan sertifikat Secure Socket Layer website atau yang sering juga disebut dengan SSL. Hal ini sangat penting mengingat saat terjadi proses pengiriman dan penerimaan data, SSL senantiasa akan mengenskripsinya agar lebih aman.
2. Jangan tertipu email palsu, karena bisa saja email itu menginstruksikan Anda untuk mengirimkan data-data secara sesat atau tidak tepat tujuan, diperjelas di poin berikutnya.
3. Perhatikan alamat url di mana Anda akan bertransaksi adalah tepat, karena bisa saja urlnya tidak sama dengan website yang biasa Anda gunakan. Hal ini juga disebut dengan phising, yaitu membuat website tiruan yang sangat mirip dengan website aslinya.


Tentunya beberapa cara di atas masih tergolong sangat sederhana, mengingat saya bukanlah seorang pakar yang mendapatkan pendidikan tertentu dalam bidang ini. Namun saya juga berharap Anda dapat menafsirkan kembali beberapa hal di atas. Semoga berguna!